HALOJABAR.CO – Tumpukan sisa sampah masa Lebaran terlihat menutupi setengah badan jalan di Kampung Cijengkol, Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Sampah-sampah yang dibuang di pinggir jalan di Kampung Cijengkol, Kecamatan Lembang, KBB, itu, disinyalir merupakan sisa-sisa makanan dan sampah plastik usai perayaan libur lebaran dan belum sempat diangkut oleh petugas ke TPA Sarimukti.
Kondisi itu dikeluhkan oleh masyarakat yang melintas di kawasan tersebut. Pasalnya air lindih sampah selain menimbulkan bau juga menyebabkan jalan menjadi licin dan berbahaya bagi pengguna kendaraan khususnya motor.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KBB melalui UPT Kebersihan mengaku telah mengetahui informasi tersebut dan langsung menurunkan armada truk ke lokasi untuk melakukan pembersihan.
“Kepala desa dan camat sudah melaporkan tumpukan sampah itu sejak sejak hari Minggu kemarin, lalu hari ini kami melakukan pembersihan,”
terang Kepala UPT Kebersihan DLH KBB, Imam Fauzi, Senin 7 April 2024.
Dirinya memperkirakan tumpukan sampah yang dibuang ke sana cukup banyak karena menutupi setengah badan jalan. Pembersihannya diperkirakan membutuhkan waktu antara 4-5 hari dengan total sekitar 15 ritase.
Menurutnya sejauh ini sampah di Desa Wangunsari tidak dikelola langsung oleh UPT Kebersihan. Tetapi dilakukan secara mandiri oleh pihak desa dan kelompok masyarakat. Namun pihaknya tetap turun tangan karena situasi sudah darurat.
BACA JUGA: Wali Kota Bandung Pastikan Pemkot Siap Tangani Sampah Musim Lebaran 2025
Terkait adanya aturan baru usai terjadinya longsor TPA Sarimukti yang mewajibkan penggunaan barcode dan Surat Perintah Kerja (SPK) dalam pengangkutan, maka pengelola desa tidak bisa lagi membuang sampah langsung ke TPA Sarimukti.
“Tentunya kami akan memprioritaskan pembersihan sampah yang menutupi sebagian jalan,” imbuhnya.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Wangunsari, Adji Asmadi menambahkan, awalnya pengelolaan sampah di desa ini masih bisa dikendalikan dengan cara membuang langsung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti.
Hanya saja ketika penduduk bertambah banyak dan volume sampah juga, pengelola mulai kewalahan. Terlebih sejak adanya pembatasan kuota ritase ke TPA Sarimukti, proses pembuangan menjadi terhambat.
“Awalnya masyarakat membuang ke TPS sementara yang dikelola swadaya. Tapi sekarang sampah jadi menggunung dan mengganggu aktivitas warga,” tuturnya.
Penanggung Jawab penanganan sampah, Cucu mengklaim, tumpukan sampah tersebut bukan karena disebabkan keterbatasan ritase pengangkutan, tapi juga minimnya kesadaran warga dalam mengelola sampah secara bertanggung jawab.