HALOJABAR.CO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi menggelar kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) dan Terapi Pencegahan TBC (TPT) di wilayah-wilayah dengan risiko tinggi penularan TBC.
Kegiatan yang digelar bersama Konsorsium STPI Penabulu Kota Cimahi, serta dukungan jejaring layanan kesehatan dan kader ini dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) tahun 2025.
Kegiatan ini dilaksanakan selama empat hari 22-25 April 2025, dengan dua hari pertama menyasar warga Kelurahan Cibeureum, dan dua hari berikutnya menjangkau institusi pendidikan dan pesantren di Kelurahan Citeureup.
“Kegiatan hari ini adalah aksi nyata cegah dan temukan TBC di kota Cimahi. Pada kesempatan ini juga melaksanakan screening aktif dan TPT di wilayah kantong TBC dan institusi pendidikan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Mulyati, Sabtu 26 April 2025.
Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari, 2 hari pertama itu di Kelurahan Cibeureum dan 2 hari berikutnya menjangkau institusi pendidikan dan pesantren yang ada di Kelurahan Citeureup.
Peringatan HTBS tahun ini mengusung tema nasional “GIATKAN: Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis dengan Komitmen dan Aksi Nyata. Tema ini menekankan pentingnya tidak hanya berkomitmen dalam wacana, tetapi juga mengambil langkah nyata di masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan ini merupakan implementasi langsung dari semangat GIATKAN, menghadirkan layanan proaktif di lokasi-lokasi padat kasus serta menjangkau kelompok rentan dan tersembunyi.
BACA JUGA: Dinkes Cimahi Imbau Warga Jaga Imunitas agar Terhindar Virus HMPV
Selama dua hari pelaksanaan, kegiatan ACF ini berhasil menjangkau 160 warga melalui pendekatan skrining metode paralel, yaitu dengan menggabungkan wawancara gejala klinis dan pemeriksaan rontgen dada (X-ray) portable.
Dari hasil skrining tersebut, sebanyak 68 warga ditemukan memiliki indikasi TBC. Seluruh terduga kasus ini kemudian dirujuk untuk menjalani pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, sebagai langkah konfirmasi diagnosis yang akurat dan cepat.
“Target sasaran skrining di sekolah ini 200 orang, dan baru sekitar 29 pasien diperiksa ditemukan ada satu yang terindikasi dan perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan,” tuturnya.
Selain mencari kasus aktif, kegiatan ini juga menjadi momen penting untuk melakukan skrining kontak serumah dari pasien TBC yang sudah terdiagnosis sebelumnya. Dari proses ini, ditemukan beberapa warga yang tinggal serumah dengan pasien TBC namun tidak menunjukkan gejala apapun.