Agrowisata Kopi Gununghalu KBB Belum Ditunjang Fasilitas Memadai, Petani Butuh Pendampingan Edukasi

Kopi Gununghalu KBB
Produsen Kopi Gununghalu, Asep Jakaria (32) warga Kampung Sukalaksana RT 02/21, Desa Sirnajaya, Kecamatan Gununghalu, KBB. (Adi Haryanto/HALOJABAR.CO)

HALOJABAR.CO – Kopi Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB) sudah banyak dikenal oleh masyarakat karena cita rasanya yang khas. Bahkan pangsa pasarnya ada yang sudah menembus Eropa, Amerika dan Timur Tengah.

Namun demikian, ketenaran kopi yang berhasil go internasional berbanding terbalik dengan kondisi perkembangan di wilayah Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

“Kopi Gununghalu ini memang sudah mendunia, tapi tidak ditunjang dengan keberadaan sentra dan agrowisata,” kata salah satu produsen Kopi Gununghalu, Asep Jakaria (32) warga Kampung Sukalaksana RT 02/21, Desa Sirnajaya, Kecamatan Gununghalu, Sabtu (21/6/2025).

Dirinya menyayangkan, status kopi Gununghalu yang sudah dikenal di mancanegara tapi tidak ditindaklanjuti dengan pengembangan bisnis oleh fasilitatornya.

Petani hanya memanfaatkan yang sudah ada, setelah itu tidak dilanjutkan. Alhasil, usaha kopi Gununghalu ini tidak terlalu diminati, khususnya di sebagian generasi muda.

Padahal setelah go internasional para fasilitator sempat mengusung konsep yang disebut Desa Wisata Sekolah Kopi Gununghalu. Yakni sebuah konsep desa wisata yang berfokus pada edukasi dan pengembangan kopi.

BACA JUGA: Pilkada 2024: Kang Didik Serap Aspirasi dari Peternak Sapi dan Petani Kopi di KBB

Asep menjelaskan, desa ini menawarkan pengalaman belajar mengenai proses budidaya kopi, mulai dari penanaman hingga pengolahan, serta potensi energi terbarukan yang ada di wilayah tersebut.

“Desa Wisata Sekolah Kopi Gununghalu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pariwisata berbasis edukasi dan kelestarian lingkungan,” tuturnya.

Meski tak pernah terealisasi, para wirausahawan muda di kampungnya berinisiatif untuk kembali memutar roda perekonomian dari sektor Kopi Gununghalu. Bersama sejumlah pemuda dirinya tengah mencoba untuk melakukan pengembangan usaha kopi Gununghalu.

“Enggak semua tertarik, tapi ada juga yang tertarik namun tidak ada keberlanjutan lantaran tak dibarengi dengan edukasi untuk mengembangkan bisnis kopi ini,” kata dia.

Dalam kurun waktu 4-5 bulan saja, sebut Asep, dirinya bersama timnya sudah bisa memanen puluhan ton kopi varietas ceri dengan jenis arabika. Sejak bulan Maret hingga Juni 2025 ini sudah berhasil panen kopi sekitar 50 ton.

“Harganya Rp15.000 hingga Rp15.500 per kilogram, dengan modal awal sekitar Rp20 juta dan sehari bisa mendapat 1,5 hingga 2 ton kopi ceri,” sebutnya.

Hasil kopinya distribusikan ke sejumlah wilayah, seperti Tangsijaya, Ciwidey dan Pangalengan. Jadi, sebetulnya kopi Ciwidey dan Pangalengan itu asalnya dari Gununghalu.