Agung Aswamedha Dorong Penguatan Ekosistem Alumni ITB

HALOJABAR.CO – Agung Aswamendha dorong penguatan ekosistem alumni ITB. Hal itu dikemukakan dalam acara dialog bertajuk ‘Hearing Nusantara bersama alumni ITB kawasan Jawa Timur’ di Surabaya beberapa waktu lalu.

Agung yang merupakan Direktur R&D Sangkuriang Internasional sekaligus alumni Fisika ITB angkatan 2002 ini memberikan pemikiran segar dan menyentuh akar persoalan pengelolaan alumni yakni pentingnya membangun ekosistem yang saling percaya, produktif, dan siap menjadi bagian dari solusi bangsa.

“Alumni ITB bukan hanya komunitas nostalgia. Kita adalah mitra strategis negara. Saat dunia menghadapi disrupsi dan konflik, dan saat bangsa ini dihadapkan pada potensi bencana demografi, kita tidak bisa hanya berdiri di pinggir. Saatnya kita rapatkan barisan, satukan langkah, dan berkontribusi secara nyata menghadapi tantangan zaman,” ujar Agung di hadapan pengurus pusat, calon ketua umum, serta alumni dari berbagai lintas generasi dan latar belakang Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB).

Dalam pemaparannya, Agung menekankan pentingnya kolaborasi lintas angkatan dan wilayah alumni ITB, dengan menghadirkan tiga inisiatif strategis.

Pertama, Ganesha Tower. Ini merupakan simbol kontribusi kolektif alumni dalam pembangunan fisik dan programatik berbasis inovasi.

Kedua, Ganesha HUB. Ini merupakan platform digital yang mengorkestrasi potensi alumni dari seluruh penjuru nusantara.

Ketiga Engagement Generasi Muda. Ini merupakan program penguatan kapasitas dan daya saing alumni muda untuk menjawab tantangan bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045.

BACA JUGA: Warga KBB Positif Virus Hanta, Dinkes Cek Kondisi Keluarga dan Lingkungan Pasien

Lebih lanjut, Agung menggarisbawahi bahwa IA-ITB harus mengambil posisi aktif sebagai policy shaper, bukan sekadar policy taker. Menurutnya, alumni ITB perlu terlibat langsung dalam perumusan kebijakan publik strategis, mulai dari teknologi hijau, pertahanan nasional, transformasi digital, hingga penanganan ketahanan pangan dan energi.

“Kita perlu menjadi mitra nyata pemerintah. Bukan hanya pengamat, tapi aktor yang terlibat sejak perumusan gagasan hingga eksekusi kebijakan. Terlebih dalam situasi global seperti sekarang, alumni ITB punya tanggung jawab moral dan keilmuan untuk ikut menjaga stabilitas bangsa,” ujarnya.

Tak hanya berbicara dalam ranah konsep, Agung membawa kisah pribadinya sebagai refleksi nyata dari kekuatan komunitas alumni. Setelah mengalami kebangkrutan pada 2014, ia mengaku ditolong oleh sesama alumni ITB. “Sejak saat itu saya berikrar untuk mewakafkan waktu dan kemampuan saya bagi almamater dan jaringan alumni,” ucapnya.