HALOJABAR.CO – Petani sayuran di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), memilih memanen cabai lebih awal meski harga jual murah, karena takut membusuk.
Kondisi cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini membuat produksi cabai rawit rentan busuk dan terserang penyakit. Penyakit yang biasa menyerang cabai adalah busuk akar dan batang, daun menguning serta hama patek.
Di sisi lain, saat ini harga cabai rawit merah yang sempat menembus Rp80.000 per kilogram di tingkat petani di Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB), kini mulai berangsur turun di harga Rp40.000 per kilogram.
“Harga cabai mulai turun, meski sempat naik hingga Rp80.000 per kilogram. Sekarang dikirim ke bandar turun jadi Rp40.000 perkilogram, kondisi itu dipengaruhi musim tanam dan juga cuaca saat ini yang cenderung ekstrem,” kata petani asal Desa Cikole Lembang, KBB, Anda Tohaman, Selasa 21 Januari 2025.
Menurutnya, penurunan harga tersebut disebabkan melimpahnya hasil panen sehingga pasokan ke pasar mulai kembali normal.
Namun dengan harga yang sempat tinggi, tidak serta merta juga menguntungkan petani. Sebab petani juga harus mengeluarkan biaya membeli pestisida untuk mencegah penyakit tanaman dan ongkos pekerja.
BACA JUGA: Cuaca Ekstrem, Petani Sayuran di Lembang KBB Dihantui Gagal Panen
“Beli obat biayanya Rp250 ribu untuk sekali penyemprotan, belum dipotong biaya buruh untuk satu orang Rp80.000,” sebutnya.
Lebih lanjut dikatakannya, ada sekitar 12 ribu pohon yang bisa menghasilkan sebanyak 60 kilogram cabai dalam sekali panen. Agar hasilnya maksimal, perawatan tetap harus dilakukan setiap hari terlebih faktor cuaca yang tak menentu.
Hasil panen cabai jadi satu-satunya harapan Anda, sebab harga tanaman selada anjlok hingga Rp 2.000 per kilogram. Padahal ia telah menanam 2 ribu pohon yang saat ini siap dipanen.
“Sekarang selada dibiarin di kebun walaupun hasilnya bagus-bagus. Karena kalau tetap dipanen ya tetap gak ada untung, kan kita juga harus hitung biaya ongkos dan lainnya,” ujarnya.
Dia mengharapkan harga hasil pertanian stabil agar tidak memberatkan petani dan masyarakat. Selain itu juga, ia meminta bantuan alat pertanian dan subsidi agar bisa terus produksi.
“Kalau dengan harga sekarang kan istilahnya untung enggak ya rugi juga enggak, buat petani ya enggak ada lebihnya,” pungkasnya.***