HALOJABAR.CO – Kondisi cuaca ekstrem membuat petani di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) khawatir tanamannya terancam gagal panen.
Hujan yang terus mengguyur membuat tanaman rentan terserang hama sehingga tak bisa dijual. Upaya pengendalian hama dan penyakit pun sulit dilakukan karena membutuhkan biaya yang tak sedikit.
Seperti disampaikan salah seorang petani di Desa Langensari Lembang Arin Sugianto (43). Menurutnya tanaman tomat dan cabai yang terus menerus terpapar hujan rentan rusak, sehingga terancam tak bisa dipanen.
“Musim hujan rawan, tanaman cabai rawan terserang patek, terus kalau tomat bisa kehitam-hitaman warnanya,” ucapnya, Sabtu 7 Desember 2024.
Menurutnya, jika pengobatan tidak maksimal bisa mengancam tanaman menjadi rusak apalagi kalau hujan turun sehari semalam. Oleh karena itu, satu-satunya cara agar tanaman bisa tertolong yaitu dengan rutin menyemprotkan obat.
“Fungi dan insektisida baik tepung maupun cair harus lebih diintensifkan. Misal kalau biasanya dua minggu sekali sekarang jadi 2 kali sehari dengan disemprot,” sambungnya.
BACA JUGA: Warga Padalarang KBB Berhasil Ubah Belerang Jadi Pupuk Cair untuk Bercocok Tanam
Tanaman lain yang rentan rusak saat musim hujan adalah lettuce dan selada keriting. Dari pengakuan beberapa rekan sesama petani, banyak petani yang gigit jari karena hasil panennya berkurang dampak paparan hujan yang berlebihan.
“Kalau saya agak mendingan, kalau tetangga dan teman sesama petani sudah pada mengeluh karena banyak tanaman menjadi busuk terutama sayuran jenis dedaunan,” ujarnya.
Arin menanam tomat ceri dan cabai di lahan dengan luas 200 meter persegi dengan perhitungan waktu panen sekitar bulan Januari 2025.
Terkait harga jual biasanya tidak menentu, fluktuatif. Tapi biasanya kalau musim hujan seperti sekarang harga-harga sayuran naik karena banyak gagal panen, apalagi sekarang jelang hari Natal dan Tahun Baru.
Saepulloh, petani lainnya mengatakan, banyaknya tanaman yang rusak menjadikan para petani gagal memanen. Fenomena seperti ini terus berulang setiap tahun tanpa ada solusi sehingga pihak yang dirugikan adalah petani.
“Pemupukan dan obat-obatan harus lebih rutin di musim hujan, kalau mau hasil bagus mesti perawatan khusus. Sedangkan di sisi lain harga obat dan pestisida mahal, jadi pusing bagi petani kecil seperti kami,” ujarnya.***