Ragam  

Kisah Bripka Taufan, Polisi di Lembang KBB yang Luangkan Waktu Mengajar di Pesantren

Polisi Lembang KBB
Aktivitas belajar para santri di Pondok Pesantren Daarul Huda Al-Azis Lembang, KBB, dimana anggota Bhabinkamtibmas Polsek Lembang Bripka Muhammad Taufan Rizky ikut mengajar. (Adi Haryanto/HALOJABAR.CO)

HALOJABAR.CO – Menjadi aparatur negara sebagai anggota polisi tidak menghalangi sosok Muhammad Taufan Rizky (34) untuk meluangkan waktunya mengajar di Pondok Pesantren Daarul Huda Al-Azis Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Di tengah-tengah kesibukannya anggota Bhabinkamtibmas Polsek Lembang, pria berpangkat Bripka tersebut tetap menyiapkan waktu untuk menyebarkan ilmu agama kepada anak-anak didiknya.

Dalam seminggu, dia dua kali mengajarkan berbagai ilmu agama islam seperti tauhid, fiqh, tafsir dan sebagainya kepada puluhan santri yang berlokasi di Kampung Bukamanah RT 02/09, Desa Langensari, Kecamatan Lembang.

Tak hanya sekadar menyampaikan aturan yang dilarang agama, tapi dia juga membangun kedekatan emosional dengan semua santri agar mereka patuh, disiplin dan menjauhi hal negatif yang bisa merusak masa depannya.

“Setiap hari Senin dan Rabu saya meluangkan waktu mengajar di pesantren, alhamdulillah pimpinan juga memberikan izin,” ucapnya kepada wartawan belum lama ini.

Dirinya sudah mengajar di pesantren tersebut sejak 5 tahun lalu secara sukarela. Bukan tanpa alasan, sebab kebanyakan para santrinya berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah atau masyarakat kurang mampu.

Kendati begitu, dirinya mengaku senang dan tak terganggu dengan aktivitas ini karena sejalan dengan tugas dan fungsi kepolisian yang harus bermanfaat dan memberikan pelayanan ke masyarakat.

BACA JUGA: Di Sela Waktu Luang Usai Berdinas, Bhabinkamtibmas Polsek Lembang Budidayakan Tanaman Kopi

Termasuk juga selaras dengan program kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mencegah kenakalan di kalangan anak muda dan remaja.

“Pembinaan bahaya narkoba, pergaulan bebas, geng motor juga kami ajarkan di sini agar mereka tidak terjerumus ke hal-hal negatif,” tuturnya.

Pendiri Pondok Pesantren Daarul Huda Al-Azis, Moch. Ajat Abdul Azis mengatakan, tenaga pengajar di tempatnya saat ini berjumlah 5 orang dengan dirinya. Sedangkan jumlah santri ada sekitar 40 orang yang berasal dari wilayah Jawa Barat, Tangerang, dan Lampung.

Sejak berdiri tahun 2020, para santrinya tidak pernah dipungut biaya alias gratis. Untuk pembiayaan operasional berasal dari upah dakwah dibantu beberapa orang donatur. Selain menimba ilmu agama di pesantren, anak-anak juga mendapat pendidikan formal di sekolah.

“Latar belakang mendirikan pondok pesantren di sini karena prihatin dengan kondisi lingkungan sekitar. Kami ingin membantu masyarakat tidak mampu, menyediakan fasilitas yang memungkinkan anak-anak belajar agama,” ucapnya.