HALOJABAR.CO – Pengelolaan kotoran hewan (kohe) sapi di wilayah Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan sekitarnya masih belum terkelola dengan baik.
Akibatnya masih banyak para peternak sapi di Lembang, KBB, yang membuang kotoran ke saluran-saluran air dan pada akhirnya bermuara ke sungai. Imbasnya terjadi pencemaran lingkungan di sekitar aliran sungai yang terlewati.
Ketua Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Dedi Setiadi mengakui jika sampai sekarang belum ada penampungan kohe bersama yang bisa meminimalisir pencemaran lingkungan.
“Kami memang belum punya sistem komunal untuk menampung kohe,” kata ucapnya, Jumat 25 April 2025.
Memang sudah ada beberapa titik biogas yang memanfaatkan kohe sapi sebagai bahan bakunya. Akan tetapi karena kapasitas yang terbatas membuat masih banyak kohe sapi yang tidak tertangani.
Dikatakan Dedi, terdapat sekitar 1.500 titik pengolahan kohe yang diubah menjadi biogas, kompos, hingga briket. Namun, masalah baru muncul lantaran belum adanya pasar yang dapat menampung produk-produk tersebut.
“Ya jika tidak ada pembeli jadi mubazir. Peternak perlu tempat, perlu pasar dan lahan tidak mungkin disediakan sendiri oleh peternak,” sebutnya.
BACA JUGA: Masalah Kotoran Sapi, Bupati Jeje Sebut Perlu Penanganan Bersama Pemprov Jabar
Di sini regulasi dan peran pemerintah sangat dibutuhkan. Pihaknya berharap Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dapat dilibatkan sebagai solusi distribusi dan pemasaran produk kohe.
Apalagi masalah kohe bukan semata urusan kebersihan lingkungan, melainkan juga potensi ekonomi yang terhambat karena minimnya dukungan sistemik.
Menurutnya, tanpa lahan penampungan dan pasar produk, para peternak terpaksa memilih cara instan namun berdampak panjang dengan membuang limbah ke sungai.
“Sudah waktunya pemerintah turun tangan karena di Jawa Barat, ada ribuan peternak aktif dan 16 koperasi yang perlu solusi konkret,” pungkasnya.
Seperti diketahui media sosial sempat diramaikan oleh pencemaran aliran Kanal Tjibarani, tepatnya di sekitar pintu air watervang, Leuwilimoes oleh kohe sapi.
Kanal yang merupakan anak sungai Cikapundung itu berwarna cokelat pekat. Berdasarkan informasi Pegiat Lingkungan Kampoeng Tjibarani, pencemaran kohe tersebut sudah terjadi selama 10 tahun.
Akibatnya, masyarakat sekitar Kanal Tjibarani khawatir dengan dampak yang bakal ditimbulkan baik terhadap lingkungan maupun kesehatan.***