HALOJABAR.CO – Pemkot Cimahi menyoroti kondisi kualitas udara imbas dari emisi kendaraan bermotor yang setiap tahun jumlahnya terus meningkat.
Berdasarkan Air Quality Indeks (AQI), kualitas udara di Kota Cimahi per tanggal 17 Juni 2025 berada di angka 80 atau masuk kategori sedang dengan konsentrasi partikulat (PM 2.5).
Hal ini berarti bahwa kualitas udara masih dalam batas yang dapat diterima dan tidak berbahaya bagi kesehatan kebanyakan orang, tetapi beberapa kelompok sensitif mungkin mengalami dampak kesehatan yang ringan.
“Data dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikantongi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi menunjukkan bahwa penyumbang polusi terbesar di wilayah ini adalah kendaraan bermotor, terutama roda dua,” kata Kepala Bidang Penaatan Hukum Lingkungan DLH Cimahi, Ario Wibisono, Kamis 19 Juni 2025.
Ario menuturkan, jumlah kendaraan roda dua di Jawa Barat berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2024 sebanyak 14.119.518 unit.
“Jumlah roda dua di Jawa Barat itu luar biasa. Nah ini yang belum bisa dijangkau oleh uji emisi kita. Karena ketentuannya untuk uji emisi roda dua ini saya belum terima detailnya,” sambungnya.
Oleh sebab itu pihaknya melakukan uji emisi untuk kendaraan roda empat atau lebih. Langkah uji emisi ini penting sebagai bentuk kesadaran bersama. Semestinya, setiap pemilik kendaraan wajib memastikan kendaraannya terawat dengan baik.
BACA JUGA: Tekan Polusi Udara, DLH Cimahi Gelar Uji Emisi Kendaraan Umum dan Pribadi
“Perawatan rutin bukan hanya soal keselamatan, tetapi juga berkaitan langsung dengan kadar emisi gas buang yang dihasilkan,” terangnya.
Ario menyebut, DLH Kota Cimahi telah melaksanakan uji emisi selama tiga hari berturut-turut terhadap kendaraan roda empat, baik berbahan bakar bensin maupun solar, untuk mendapatkan gambaran awal.
Tapi yang menarik, data dari Pemprov Jabar menunjukkan bahwa lebih dari 30 persen polutan dari kendaraan bermotor itu sumbernya dari kendaraan roda dua
Tak cuma itu, Ario juga menyoroti permasalahan polusi udara di Cimahi tak bisa dilihat secara lokal saja. Pasalnya, kota ini berada di kawasan Cekungan Bandung atau Bandung Raya, yang menjadikan kualitas udara antarwilayah saling memengaruhi.
“Kadang di Cimahi penyebab polusinya rendah, industrinya sedikit, jumlah kendaraannya sedikit. Namun kalau di Bandung atau Bandung Barat tinggi, ya imbasnya Cimahi tetap kena,” bebernya.
Selain itu, Ario juga menyoroti keberadaan aplikasi pemantau kualitas udara yang berbasis data satelit cuaca. Dia menilai, plikasi tersebut menyajikan gambaran umum wilayah, bukan data spesifik secara administratif.