HALOJABAR.CO – Perajin sapu ijuk di Kampung Cimega, Desa Cipongkor, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), bertahan di tengah modernisasi.
Keberadaan perkakas rumah tangga seperti sapu ijuk yang berbahan dasar serabut pohon aren ternyata masih mampu menarik hati para ibu-ibu rumah tangga.
Meskipun terbilang jadul atau tradisional, ternyata sapu ijuk masih banyak dicari. Padahal di pasaran, seiring dengan kemajuan teknologi sudah banyak sapu berbahan serabut plastik atau yang lebih modern.
Sejumlah warga pun masih menggantungkan hidup sehari-hari dari menekuni membuat sapu ijuk. Seperti ditemui di Kampung Cimega, Desa Cipongkor, Kecamatan Cipongkor, KBB, yang masih memproduksi sapu ijuk.
Warga di kampung itu masih konsisten dan meyakini bahwa produk sapu yang berbahan dasar serabut pohon aren atau yang lebih dikenal sapu ijuk masih mampu bersaing di pasar modern maupun tradisional.
Sejatinya selain menjadi ladang penghidupan, warga juga tetap berupaya untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada di sekitar lingkungan mereka menjadi produk-produk yang bernilai tinggi.
“Di sini pohon aren tumbuh subur, makanya sebagian warga bergantung hidup dari memanfaatkan potensi ekonomi yang berasal dari alam yang diwarisi secara turun temurun,” kata salah seorang warga setempat, Solihin (55) beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Melalui Inovasi Pengiriman Dingin, Sayuran Amazing Farm Berhasil Tembus Pasar Ekspor
Pria yang mengaku telah menekuni bisnis sapu ijuk selepas lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) ini, bisa memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan mempekerjakan sembilan orang tetangganya untuk produksi sapu ijuk di home industry miliknya.
“Sejak lulus SMA, saya buka usaha ini dan alhamdulillah bisa membantu tetangga mempunyai pekerjaan,” imbuhnya.
Dalam sehari, dia dan sembilan karyawannya mampu memproduksi sapu ijuk sebanyak 50 buah, harga yang dibanderolnya pun cukup terjangkau yakni Rp20.000 per buah.
Hasil produksinya, selain dijual kepada pengepul, sapu ijuk produksinya juga dipasarkan ke wilayah Bogor, Kabupaten Tasikmalaya, hingga keluar Jawa Barat.
“Ya walau diserbu sapu plastik, alhamdulillah kita tidak kehilangan langganan,” sambungnya.
Solihin bersyukur, bisa mendapatkan bahan baku yang melimpah di wilayahnya. Betapa tidak, hal itu menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Ke depan dirinya berharap Pemda KBB dapat membantu pengusaha kecil seperti perajin ijuk dan potensi ekonomi daerah lainnya. Pasalnya Kabupaten Bandung Barat mempunyai potensi ekonomi yang tidak bisa dinilai.