Persib  

Saat Maung Mengaum, Sistem Sosial Berguncang; Membaca Persib Back to Back Juara dalam Komunikasi Modern

konvoi bobotoh persib
Ilustrasi, bobotoh merayakan Persib juara Liga 1. (Diskominfo Kota Bandung)

GRAHA Persib Meledak. Jalan layang pasoepati berasap. Standion bergemuruh dengan chant. Biru-biru menguasai sudut kota di Jawa Barat. Dunia maya pun dipenuhi satu diksi “Juara.” Persib Bandung kembali menjadi kampiun Liga Indonesia 2024/2025 setelah satu tahun sebelumnya meraih juara pada tahun 2023/204.

Tidak hanya sekali, tapi back to back champion. sebuah prestasi fenomenal dalam sejarah sepak bola Persib bahkan nasional. Di balik hiruk-pikuk euforia, ada satu pertanyaan yang layak direnungkan, apakah keberhasilan Persib ini hanya persoalan  kemenangan di lapangan belaka, atau jitunya taktik Bojan Hodak ? Atau ini merefleksikan sesuatu yang lebih mendalam mengenai bagaimana masyarakat modern wabilkhusus bobotoh dalam membentuk makna back to back champion (juara 2 kali berturut-turut) melalui komunikasi ?

Dalam refleksi ini, saya mengajak pembaca melihat kemenangan Persib Bandung bukan semata sebagai prestasi olahraga sepakbola, atau sebagai makna idiom yang beredar di bobotoh yaitu “Persib Nu Aing” melainkan sebagai gejala sosial yang dapat dipahami dengan menggunakan teori sistem sosial dari sosiolog Jerman, Niklas Luhmann. Melalui tiga konsep kuncinya yakni  autopoiesis, diferensiasi, dan iritasi. Kita dapat menangkap bagaimana Persib tidak hanya juara back to back, tapi juga sejarah ini telah mengguncang sistem komunikasi masyarakat.

Menurut  teori sistem Luhmann, masyarakat terdiri dari berbagai sistem sosial yang berbeda dan berdiri sendiri seperti sistem media, sistem politik, sistem ekonomi,sistem  hukum, dan sebagainya. Masing-masing dari sistem ini bersifat tertutup secara operasionalnya, yang berarti mereka bekerja dengan logika operasionalnya dan kode internal mereka sendiri. Meski demikian  system sistem tersebut tetap bisa saling memengaruhi satu sama lain melalui yang disebut Luhman adalah konspe iritasi yaitu gangguan dari luar yang ditangkap dan diolah sesuai logika sistem masing-masing tadi.

Persib sebagai Iritasi Sosial yang Produktif.

Kemenangan Persib ini merupakan serminan paripurna dari iritasi semacam itu. Sejarah back to back ini bukan hanya informasi bagi sistem olahraga, tetapi juga mengguncang berbagai sistem sosial lainnya misalnya, Sistem media yang Dimana langsung membanjiri publik dengan breaking news, highlight, dari berbagai framing media.

Narasi heroic beckham putra nugraha sang “Gedebage Boys” yang mencuat dengan narasi “emot etam”nya, serta data statistic Tyronne del Pino yang secara permainan mencuat dengan mengalahkan catatan jumlah gol kompatriotnya David da Silva yang merupakan top skor Liga Indonesia musim sebelumnya, termasuk kesedihan bobotoh atas berita pamitnya Ciro Alves dari Persib menjelang liga usai.