Persib  

Saat Maung Mengaum, Sistem Sosial Berguncang; Membaca Persib Back to Back Juara dalam Komunikasi Modern

konvoi bobotoh persib
Ilustrasi, bobotoh merayakan Persib juara Liga 1. (Diskominfo Kota Bandung)

Narasi-narasi yang beredar di Media itu mengerucut pada makna tentang Persib Juara,  tidak hanya memberitakan, tapi lebih dari itu telah menciptakan suasana emosional yang kolektif yaitu“Kita adalah juara.”

Kemudian dalam Sistem ekonomi yang ikut bereaksi meminkan perannya secara simultan dengan cepat, penjualan merchandise meningkat drastis, kafe dan restoran penuh dengan agenda nobarnya, UMKM merchandise bertema Persib seperti kaos,bendera,syal dan jersey panen pesanan. Sponsor dan brand pun berebut ruang di tengah euphoria ini.

Berikutnya Sistem politik pun ikut merespons para pejabat memberi ucapan selamat, muali dari ketua umum PSSI Erick Tohir sekaligus mentri BUMN, Bupati dan Walikota Bandung hingga KDM, kecuali Ridwan Kamil mantan Gubernur Jawa Barat yang kadung mendukung tim lain saat mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta. Semua itu  menyisipkan citra populis lewat postingan media sosial dengan narasi Persib juara.

Bahkan sistem budaya dan identitas kolektif mengalami gejolak yang tak terbendung dan  simbol Maung Bandung menguat, semangat Sunda bangkit kembali, jati diri warga Jawa Barat dan narasi “Persib nu aing” menjadi lebih dari sekadar slogan, lebih jauh lagi bendera persib berkibar pada acara ceremony wisuda sebagai bentuk  euphoria juara backtoback, bahkan dalam system pendidikan Persib menjadi topik untuk dijadikan tugas akhir mahasiswa, baik skripsi maupun Thesis.

Dalam pandangan Luhmann, iritasi bukanlah gangguan negatif. Iritasi juga  Sebaliknya, ia mampu atau berfungsi sebagai pendorong atau pemicu penguatan akselerasi sistem sosial  lainya yang  menunjukkan bahwa sistem tersebut hidup, responsif, dan mampu mengolah peristiwa eksternal menjadi bagian dari komunikasinya sendiri.

Komunikasi Bobotoh sebagai Autopoiesis Digital.

Lebih menarik lagi dari Persib juara ini bukan hanya bagaimana sistem besar merespons, tetapi bagaimana Bobotoh terutama di media sosial yang mereproduksi dan memperpanjang komunikasi tentang Persib juara. Di sinilah konsep autopoiesis bekerja.

Autopoiesis, menurut Luhman (1995) secara sederhana, berarti sebuah sistem mereproduksi elemen-elemennya sendiri secara mandiri. Dalam konteks komunikasi, hal ini berarti  komunikasi hanya bisa dilanjutkan oleh komunikasi lain. Misalnya Satu unggahan di satu akun Instagram tentang Persib juara kemudian akan dibalas dengan komentar dukungan maupun cibiran dari fans lain yang tidak menyukai Persib, kemudian ditanggapi lagi dengan meme, video pendek, tema di podcast, kutipan, kritik, dukungan, dan seterusnya seolah tiada akhir yang berarti Komunikasi menghasilkan komunikasi baru, dalam siklus yang terus bergulir.