Persib  

Saat Maung Mengaum, Sistem Sosial Berguncang; Membaca Persib Back to Back Juara dalam Komunikasi Modern

konvoi bobotoh persib
Ilustrasi, bobotoh merayakan Persib juara Liga 1. (Diskominfo Kota Bandung)

Mengacu pada Luhmann, fungsi utama sistem sosial bukan mencari kebenaran, tapi mengurangi kompleknya dunia melalui komunikasi. Di tengah riuh kehidupan modern yang terpecah oleh informasi, fragmentasi, dan kecepatan, kemenangan Persib memberikan momen simbolik bersama sebuah titik temu di Tengah-tengah diferensiasi sosial.

Dalam satu malam,setelah secara otomatis persib dinyatakan juara masyarakat yang terpisah oleh kelas, profesi, dan ideologi bisa “disatukan” dijalanan dengan konvoi meski menggunakan knalpot Bronx yang (wededed-wededed), walau sifatnya sementara namun diselimuti oleh rasa bangga, senang, atau bahkan hanya rasa ingin ikut serta. Bagi masyarakat yang sering kali kesulitan menemukan simbol pemersatu, kemenangan olahraga seperti ini menjadi semacam yang disebut luhman komunikasi kolektif lintas sistem, yang memungkinkan masyarakat merasakan diri sebagai satu.

Dan inilah kekuatan sistem komunikasi yang dibentuk oleh autopoiesis Bobotoh, iritasi antar sistem, dan diferensiasi sosial ia tidak memerlukan kesepakatan total untuk menciptakan efek sosial yang nyata. Cukup dengan komunikasi yang berulang, simbol yang dibagikan, dan emosi yang dibicarakan kemudian masyarakat bergerak, merespons, dan membentuk makna bersama.

Back to Back Sebagai Komunikasi yang Terus Hidup.

Kemenangan Persib Bandung back to back bukan hanya catatan sejarah sepak bola Jawa Barat lebih dari itu merupakan peristiwa social Dimana komunikasi yang mengalir dan mereproduksi dirinya sendiri dalam bentuk emosi, opini, gambar, suara, dan makna.

Dengan memakai kacamata Niklas Luhmann, kita melihat bahwa Persib bukan hanya klub, tapi pusat iritasi produktif dalam masyarakat. Komunitas fans bukan hanya penonton, tapi produsen realitas sosial digital melalui autopoiesis komunikasi. Kemenangan bukan hanya soal poin, tapi titik pertemuan sistem-sistem sosial yang berdiferensiasi.

Dalam masyarakat yang semakin kompleks, simbol-simbol bersama seperti momentum Persib juara menjadi semakin penting, bukan karena menyatukan secara struktural, tapi karena telah memberi ruang komunikasi bersama.

Mungkin Luhmann tidak pernah menonton sepak bola Indonesia, apalagi menjadi Bobotoh Tapi lewat teorinya, kita tahu bahwa realitas bukan sesuatu yang ditemukan, melainkan sesuatu yang diciptakan melalui komunikasi. Dan kemenangan Persib adalah salah satu penciptaan realitas sosial paling meriah yang pernah kita saksikan. WIlujeng Persib JUARA DEUI.***

Penulis : Oki Achmad Ismail

Dosen Ilmu Komunikasi Telkom University & Mahasiswa Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada.