Warga Disabilitas di Cililin KBB Butuh Bantuan, Kesulitan Penuhi Kebutuhan Hidup Sehari-hari

Dua disabilitas warga Kampung Pasir Tugu RT 04/06 Desa Bongas, Kecamatan Cililin, KBB, Gina Salsabila Desviyani (17) dan Siti Rantiah Haerani Kulsum (28) yang tidak bisa beraktivitas dengan normal sehingga untuk kebutuhan sehari-harinya perlu donatur dari pihak lain. (Foto: Istimewa)

HALOJABAR.CO – Gina Salsabila Desviyani (17) dan Siti Rantiah Haerani Kulsum (28), dua disabilitas warga Kampung Pasir Tugu RT 04/06 Desa Bongas, Kecamatan Cililin, KBB, tidak bisa beraktifitas normal dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Meskipun sudah terbilang dewasa, namun keduanya memiliki tubuh kecil dan saat ini hanya bisa tergolek lemah. Bahkan untuk duduk di kursi roda pun mereka tidak mampu.

“Kebutuhan mendasar bagi keduanya adalah popok, yang terkadang sulit untuk mendapatkannya. Pernah di satu waktu, saya melihat stok popok mereka hanya tersisa 1 sementara disitu terdapat 2 disabilitas,” kata Inisiator Rumah Pintar Bongas, Rina Susanti, belum lama ini.

Dikatakan Rina, saat ini keduanya menjadi binaan Rumah Pintar di Kampung Sukamulya, Desa Bongas, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang dikelolanya.

Total ada 10 disabilitas dan 20 anak kurang mampu yang dibina di Rumah Pintar tersebut. Sehari-hari aktivitas di tempat ini diisi dengan kegiatan belajar dan bermain.

Namun kendala kerap dihadapi oleh Rina yang juga merupakan seorang disabilitas. Untuk memenuhi memenuhi kebutuhan dasar mereka, dirinya kerap mengandalkan dana mandiri dengan pontang panting mencari dana agar kebutuhan popok bagi keduanya terpenuhi.

BACA JUGA: Disabilitas Warga KBB Buat Casing Tumbler Bambu yang Banyak Dipesan dari Luar Daerah

“Untuk Gina dan Siti tidak bisa mengikuti kegiatan di Saung Pintar karena kondisi fisiknya. Saya yang secara rutin datang ke rumahnya, karena keduanya ditinggalkan dalam rumah tanpa penjagaan saat keluarganya beraktivitas di luar rumah,” terangnya.

Dirinya kerap berinisiatif meminta bantuan berbagai pihak karena biaya operasional Saung Pintar sudah habis untuk membiayai kebutuhan hidup dasar dan kegiatan belajar di Saung Pintar. Sejauh ini bantuan dari pemerintah desa, kecamatan maupun kabupaten sudah bertahun-tahun tidak ada.

“Saya kalau ada hasil dari jualan online makanan pasti langsung dibelikan kebutuhan sehari-hari mereka,” ujarnya.

Lebih lanjut Rina mengaku jika selama ini kelompok belajarnya tidak mendapat perhatian serius pemerintah. Operasional dan sarana Rumah Pintar hanya mengandalkan donatur non pemerintah dan uang pribadinya.

Dirinya berharap, sarana prasarana Rumah Pintarnya segera diperbaiki, karena kondisinya kini makin memprihatinkan. Atap bocor, perpustakaan minim buku, hingga kebutuhan sehari-hari disabilitas terbilang kritis.

“Rumah Pintar ini dibangun tahun 2014, sekarang ya mulai bocor-bocor, alat tulis dan buku bacaan juga sudah usang. Maklum biaya operasionalnya seadanya, karena mayoritas anak-anak disini bukan keluarga berada,” pungkasnya.***