Kisah Pilu Bocah Penderita Cerebral Palsy asal Lembang KBB yang Butuh Bantuan

cerebral palsy Lembang KBB
Jun Maulana (12) warga Kampung Langensari RT02/03, Desa Langensari, Kecamatan Langensari, KBB, yang menderita Cerebral Palsy (CP) atau lumpuh otak yang membutuhkan bantuan. (Adi Haryanto/HALOJABAR.CO)

HALOJABAR.CO – Nasib malang harus dialami oleh Jun Maulana (12) warga Kampung Langensari RT02/03, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang menderita cerebral palsy.

Ketika bocah lain sebayanya bisa berlari-lari main dengan teman-temannya. Namun tidak dengan Jun. Dia hanya terkulai lemas dan perlu dipegang oleh orang tuanya ketika hendak beraktivitas.

Itu dikarenakan sejak kecil, buah hati pasangan Atik Yulia (50) dan Mukti Efendi (53) ini didiagnosa menderita Cerebral Palsy (CP) atau lumpuh otak. Sehingga jangankan untuk bermain, untuk menyeret badannya juga dia tidak mampu.

BACA JUGA: KBPP Polri KBB Dukung DILAN di Pilkada 2024, Ingin Pemimpin Bersih dan tak Tersangkut Hukum

“Anak saya mengalami kelainan otak (cerebral palsy) sejak dia lahir 3 hari,” kata Atik Yulia saat ditemui di kediaman anak pertamanya di Lembang, KBB, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan keterangan dari dokter, terang Atik, Jun saat itu didiagnosa mengalami infeksi di bagian pusar, mengalami demam tinggi hingga kejang-kejang. Dia pun sempat dirawat sampai tujuh kali dan harus menjalani rawat jalan selama 4 tahun.

“Jun kalau malam jarang tidur dan suka teriak-teriak, terus khawatirnya kalau udah tiba-tiba mukulin kepala sampai memar,” sebutnya.

Meski begitu, usahanya untuk bisa menyembuhkan kondisi sang anak belum membuahkan hasil. Kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan membuat Atik dan Mukti kini hanya bisa pasrah.

BACA JUGA: 7 Gunung Tertinggi di Jawa Barat, Mana yang Sudah Kamu Daki?

Atik dan Mukti yang sehari-hari berprofesi sebagai petani tanaman hias dan juga buruh tani tak memiliki penghasilan tetap, sehingga keduanya tak bisa meneruskan pengobatan anak bungsunya itu berobat.

Selamat ini, kata Atik, sang anak berobat menggunakan fasilitas BPJS gratis. Namun, dia berharap, anak kesayangannya itu bisa mendapat hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

“Kami berharap ada bantuan dari Pemda karena ingin anak kami mendapatkan penanganan kesehatan, seperti terapi dan pengobatan lainnya,” ucapnya.***