Protes Jalan Rusak, Warga Lembang Mancing Ikan di Tengah Jalan yang Berlubang

Jalan Rusak Wangunharja Lembang
Warga Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang protes ke Pemda KBB akibat jalan di wilayah mereka rusak parah dengan aksi memancing ikan di kubangan air di tengah jalan. (Adi Haryanto/HALOJABAR.CO)

HALOJABAR.CO – Warga Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) protes ke Pemda KBB dengan cara mancing ikan di kubangan air akibat jalan rusak di wilayah mereka yang tidak kunjung diperbaiki.

Apalagi kondisi jalan di Desa Wangunharja, Lembang, rusak parah. Sehingga warga protes dengan menaburkan ikan di jalan berlubang dan mengambilnya lagi dengan alat pancing.

Warga menilai Pemda KBB tutup mata melihat jalanan yang rusak selama bertahun-tahun. Kondisi jalan yang rusak sangat mengganggu aktivitas warga terutama saat pengangkutan hasil pertanian.

“Aksi mancing ikan di jalan rusak ini sebagai bentuk protes kepada pemerintah karena tidak peduli dengan infrastruktur jalan di wilayah ini,” kata seorang petani sekaligus bandar sayuran, Asep Suwandi, Rabu (29/1/2025).

Dikatakannya, terdapat dua titik kerusakan parah jalan yakni di tanjakan Maribaya dan Kampung Cicalung. Akibatnya, jalur transportasi harus memutar lebih jauh sehingga memakan waktu dan ongkos lebih besar.

Kondisi itu menyebabkan mobil angkutan bisa tiba di pasar jam 8 pagi dan sekarang molor lebih dari dua jam jika kondisi di Lembang sedang macet seperti akhir pekan atau saat libur panjang hari besar.

BACA JUGA: Perbaikan Jalan Rusak Akibat Bencana di Sukabumi dan Cianjur Terus Berlangsung

Selain itu, lanjut dia, dampak lainnya adalah dikuranginya muatan lantaran kendaraan menjadi lebih gampang rusak serta sayuran rawan busuk karena lamanya pengantaran ke pasar.

“Yang bahaya di jalur Maribaya, sudah jalan rusak, turunannya juga curam jadi kendaraan rawan terperosok jurang,” kata dia.

Asep mengatakan, ruas jalan terakhir diperbaiki sekitar tahun 2019 baik oleh pemerintah maupun swadaya warga. Pemerintah desa pun telah mengusulkan perbaikan jalan setiap tahun pada acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) sejak 2022, namun tak pernah terealisasi.

“Selaku Kepala Dusun saya sering menerima protes dari warga, namun pihak desa tidak bisa berbuat banyak karena bukan kewenangan,” imbuhnya.

Warga lainnya, Hendi mengaku, semenjak jalan rusak, anak-anak sekolah jarang mau melintas karena jalanan menjadi becek. Agar aman saat berangkat maupun pulang sekolah, mereka terpaksa memutar lewat perkebunan warga.

“Warga kan sudah bayar pajak, tapi kalau telat harus didenda. Bahkan realiasi pajak dari desa besar tapi infrastruktur kok dibiarkan rusak,” sindirnya.***