HALOJABAR.CO – Sat Reskrim Polres Cimahi bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bandung Barat (KBB), serta DPRD KBB, kembali melakukan pengecekan MinyaKita.
Pengecekan takaran minyak goreng bersubsidi itu dilakukan di Pasar Tagog Padalarang, KBB, di sejumlah pedagang. Hasilnya, Polres Cimahi dan Disperindag KBB masih ada MinyaKita yang takarannya dibawah 1 liter beredar di pasaran.
“Fokus kita kali ini masih sama seperti tiga hari lalu, yaitu pada produk MinyaKita, terkait kuantitas isi bawah 1 liter ditemukan tidak sesuai ukuran yang tertera pada packaging,” kata Kasat Reskrim Polres Cimahi, AKP Dimas Charis Suryo Nugroho saat ditemui di lokasi, Jumat 14 Maret 2025.
Pihaknya menemukan ada 4 produk (produsen) 4 distributor yang tidak sesuai dengan packaging. Dimana di dalam kemasan tertera 1 liter namun ketika diukur kembali rata-rata hanya 800 dan 700 mililiter.
Terkait langkah selanjutnya, polisi akan menunggu hasil pengujian resmi terkait volume MinyaKita. Hasilnya nanti akan menjadi dasar bagi aparat penegak hukum (APH) untuk melakukan penyelidikan awal.
“Hasil resmi ukuran nanti akan jadi awal, kalau ditemukan dugaan pidana Sat Reskrim Polres Cimahi akan segera melakukan penyelidikan,” ucapnya.
Sementara itu minyak goreng subsidi Minyakita untuk kemasan botol ukuran 1 liter kini terpantau mulai ditinggalkan pedagang dan konsumen. Kondisi itu terjadi karena ramainya pemberitaan MinyaKita versi botol yang volumenya di bawah 1 liter.
BACA JUGA: Satreskrim Polres Cimahi Sidak Takaran MinyaKita di Pasar Cimindi
Seperti yang terpantau di Pasar Tagog Padalarang, KBB. MinyaKita versi botol itu memang masih dipajang sejumlah pedagang, namun tidak laku lagi karena masyarakat lebih memilih membeli versi pouch plastik 1 liter.
“Pas rame pemberitaan takarannya kurang, banyak ibu-ibu yang protes. Jadi sekarang pada gak mau beli MinyaKita yang botol lagi,” kata salah seorang pedagang, Lefrianto (52).
Dikatakannya, biasanya dalam waktu seminggu 10 dus MinyaKita kemasan botol miliknya selalu habis terjual. Namun sejak ramai takarannya tidak sampai 1 liter, kemasan botol itu malah jadi tidak laku. Setelah stok terakhir habis, ia mengaku tak akan menjual lagi MinyaKita untuk versi kemasan botol.
“Ke depan saya rencananya gak akan ambil yang botol lagi soalnya gak laku,” ucap Lefrianto.
Namun dibalik ramainya takaran dibawah 1 liter, dia tidak memungkiri MinyaKita saat ini masih yang terlaris dibandingkan minyak kemasan lainnya khusus versi pouch plastik. Meskipun harganya saat ini sudah jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp15.700 per liter.