Sambil Ngabuburit, Warga Cipongkor KBB Hadirkan Sejumlah Permainan Tradisional

Ngabuburit Cipongkor Permainan Tradisional
Sejumlah anak-anak di Kampung Pasir Tarasi RT 01/03 Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, KBB, tampak asik ngabuburit sambil bermain permainan tradisional Lori yang sengaja dibuat oleh karang taruna setempat. (Foto: Istimewa)

HALOJABAR.CO – Momen bulan puasa diisi oleh warga Kampung Pasir Tarasi RT 01/03 Desa Cijambu, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), dengan ngabuburit sambil bermain permainan tradisional.

Seperti permainan perosotan dengan lori, kemudian permainan tarik upih serta meriam lodong. Semuanya dibuat dengan peralatan sederhana berbahan bambu dan pelepah pohon pisang.

Lori merupakan permainan tradisional terbuat dari pohon aren serupa roller coaster di sebuah wahana wisata. Bedanya, lori terdiri dari lintasan dua rel serta papan seluncur tanpa memakai roda.

Seluruh bahan baku rel dan papan seluncur itu memakai aren serta bambu. Agar bisa meluncur cepat, lori akan dibuat di sebuah area lereng atau memakai minyak pelumas bekas di lintasanya.

Sementara permainan tarik upih adalah permainan tradisional yang menggunakan pelepah daun pinang atau kelapa untuk dinaiki atau saling balapan.

Sedangkan permainan meriam lodong merupakan permainan serupa meriam yang mengeluarkan suara keras dari proses pembakaran gas kalsium karbida atau karbit yang telah dicampur air.

BACA JUGA: Sempat Mangkir, Kepala Desa Mekarsari Cipongkor KBB Akhirnya Penuhi Panggilan Bawaslu

Semua permainan itu sengaja dibuat Karang Taruna Desa Cijambu untuk momen ngabuburit dan memeriahkan bulan Ramadhan. Serta upaya memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi saat ini agar tidak sampai punah.

“Kami karang taruna bersama warga pada momen Ramadan ini menyediakan permainan tradisional sebagai wahana ngabuburit dan melestarikannya,” kata Ketua Karang Taruna Unit 3 Desa Cijambu Iwan Ridwan (50) belum lama ini.

Menurutnya, kehadiran tiga permainan tradisional yang dibuat Karang Taruna ini cukup menyita perhatian anak-anak. Mulai dari jenjang PAUD hingga SMA berbondong-bondong mencoba secara gratis permainan tersebut.

Antusiasme ini sangat menggembirakan karena masih banyak anak-anak yang mau main permainan tradisional di tengah gempuran gadget dan permainan elektronik lainnya.

“Antusiasme anak-anak sangat besar ini membuat kami bersemangat dan bertekad akan menjadikannya festival rutin tiap bulan Ramadhan,” imbuhnya.

Sindi Nuraeni (13) mengaku sangat terhibur dengan adanya permainan tradisional yang bisa dimainkan bersama-sama dengan rekannya itu. Ini juga sekaligus jadi ajang ngabuburit (menunggu buka puasa) sambil bermain dan tidak melulu main HP.

“Awalnya takut, pas coba sekali ternyata seru juga. Akhirnya ketagihan main ini terus, sekalian nunggu buka puasa juga, jadi gak kerasa lapar kalau lagi main gini,” tuturnya.***