HALOJABAR.CO – Masyarakat dan wisatawan diimbau mewaspadai dengan peningkatan aktivitas vulkanik di Gunung Tangkuban Parahu yang dalam beberapa hari terakhir terus mengalami peningkatan.
Hal itu dikhawatirkan bisa memicu erufsi freatik dari Kawah Ratu yang selama ini jadi objek wisata utama puncak di gunung yang berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang ini.
Ketua Tim Kerja Gunung Api pada Badan Geologi Heruningtyas menyebutkan, peningkatan aktivitas kegempaan yang terjadi pada kali ini mengingatkan pada gejala awal erupsi Gunung Tangkuban Parahu tahun 2019 silam.
“Melihat data kegempaan tahun 2019 sebelum terjadinya erupsi itu lebih dulu diawali oleh inflasi meningkat seperti sekarang. Kemudian dari kegempaan low frekuensi meningkat, gempa embusan meningkat, dan data deportasi juga terjadi inflasi,” terangnya.
Dikatakannya, sejak tahun 2019 setelah erupsi dan sampai tahun 2025, kondisi peningkatan aktivitas Gunung Tangkuban Parahu yang terjadi dalam beberapa hari terakhir sekarang adalah yang paling signifikan.
BACA JUGA: Curug Panas Nagrak di KBB, Wisata Pemandian Air Alami dari Gunung Tangkuban Parahu
Namun dari statusnya Gunung Tangkuban Parahu masih dalam status Level 1 atau Normal. Kendati begitu masyarakat tetap diminta mewaspadai peningkatan aktivitas tersebut.
“Oleh karena itu untuk wisatawan dan pedagang agar melakukan aktivitas di sekitar kawah jangan terlalu lama,” ucapnya.
Sementara Penyelidik Bumi Ahli Utama pada Badan Geologi, Kristiyanto menyebutkan, data kegempaan Gunung Tangkuban Parahu terus naik. Seperti di tanggal 1 Juni ada 100 kejadian, 2 Juni sekitar 134 kejadian, dan 3 Juni meningkat lagi jadi 270 kejadian.
“Data gempa hari kemarin sebanyak 270 kali kejadian dengan amplitudo 1.5-12 mm durasi 7-29 detik, serta Gempa vulkanik dangkal 2 kali kejadian dengan amplitudo 2-8 mm berdurasi 6-9 detik,” ucapnya kepada awak media saat ditemui di Lembang, Rabu 4 Juni 2025.
Peningkatan tersebut dilihat dari jumlah kejadian gempa low frekuensi. Serta berdasarkan data deformasi dari Gunung Tangkuban Parahu yang diamati dari data Electronic Distance Measurement (EDM) atau GPS.
“Ini terus kami kaji dan bandingkan polanya sebagai gambaran, yang jelas menunjukkan ada tren peningkatan dari sisi kegempaan,” tandasnya.***