HALOJABAR.CO – Pengusaha tahu di Kampung Kancah RT 04/15, Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengeluhkan harga kedelai impor yang terus naik.
Bahkan harga bahan baku utama pembuatan tahu itu terus mengalami kenaikan terhitung sejak Hari Raya Idul Fitri atau lebaran lalu.
Kondisi ini berdampak kepada ongkos proses produksi yang jadi lebih mahal. Sementara disatu sisi mereka tidak kuasa untuk menaikan harga ke konsumen ataupun memperkecil ukuran.
“Harga kedelai impor dari Amerika terus naik, kalau dollar naik, harga kedelai juga naik,” kata pemilik PD Kurnia yang memproduksi tahu, Rahmat Kurnia, Jumat 13 Juni 2025.
Pihaknya sangat ketergantungan dengan kedelai karena jadi bahan baku utama pembuatan tahu. Sehingga mau tidak mau, ketika harga naik, tetap harus dibeli meski dengan konsekuensi ongkos produksi jadi lebih mahal.
Sebelumnya harga kedelai masih di kisaran Rp9.200 namun dari mulai setelah lebaran sampai sekarang sudah mencapai Rp11.800/kg. Dirinya khawatir harga kedelai impor ini terus naik yang membuat pengusaha tahu kelimpungan.
BACA JUGA: Harga Kepokmas di KBB Stabil Jelang Idul Adha 1446 H, Stok Juga Aman
“Mau naikkan harga juga susah, ya sudah paling prinsipnya good look ya good price, daripada harus memperkecil ukuran,” ujarnya.
Dirinya sangat berharap kepada kebijakan pemerintah agar dapat menstabilkan harganya. Mengingat hal ini bukan hanya kebijakan lokal di daerah tapi jadi isu nasional dan sangat tergantung ke harga dollar.
Diakuinya kedelai impor dari Amerika memang memiliki kualitas yang baik dan kebersihannya terjaga. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah mengingat Indonesia adalah negara agraris namun tidak bisa memanfaatkan pasar yang begitu terbuka.
“Masyarakat kita konsumsinya tahu dan tempe, itu tidak bisa dipisahkan, artinya pasar ini terbuka luas bagi produsen kedelai. Namun kalau dari luar (impor), ketika dolar naik maka harga kedelai ikut naik,” keluhnya.
Sejauh ini pihaknya dalam seminggu memproduksi 2 ton kedelai untuk produksi tahu. Hasil produksinya dijual ke berbagai pasar seperti ke Pasar Atas, Pasar Barukai, Pasar Parongpong, Pasar Patrol, kemudian agen di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Karawang.
Selain itu pihaknya juga memasok empat dapur Badan Gizi Nasional (BGN) dimana satu dapur dipasok 3.000 pieces/hari selama empat hari. Serta BGN Polda Jabar di Sukamiskin dua hari sekali dengan sekali kirim 3.000 pieces.
“Pasar produk tahu masih sangat terbuka, seperti dari Badan Gizi Nasional (BGN) yang memerlukan pasokan setiap hari. Mestinya di KBB juga membuka usaha yang sama di kecamatan lainnya, saya rasa tidak akan saling bersaing, karena punya pasar masing-masing,” pungkasnya.***