Peternak Sebut Limbah dan Air Lindi Sampah Turunkan Kualitas Ikan di Waduk Cirata KBB

ikan waduk cirata kbb
Pembelian ikan dari Kolam Jaring Apung di Waduk Cirata, KBB, dikhawatirkan terus menurun seiring informasi yang menyebutkan jika ikannya mengandung merkuri dan tak layak konsumsi. (Adi Haryanto/HALOJABAR.CO)

HALOJABAR.CO – Peternak ikan keramba jaring apung (KJA) di kawasan Waduk Cirata, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengaku khawatir, penjualan ikan mengalami penurunan.

Salah satunya karena adanya informasi yang disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono bahwa ikan produksi dari Waduk Cirata mengandung merkuri tinggi dan tidak layak konsumsi.

Salah seorang peternak ikan KJA di Waduk Cirata, Asep Sulaeman (53) mengatakan, adanya informasi itu membuat dia dan rekan-rekan seprofesinya yang lain khawatir. Apalagi saat ini penjualan ikan juga sedang turun.

“Orang bilang ikan dari Waduk Cirata mengandung merkuri dan tak layak konsumsi, itu bisa mencoreng kami di sini. Bisa jadi enggak ada pembeli,” ucapnya, Jumat 27 Juni 2025.

Padahal, lanjut Asep, Waduk Cirata dan Jatiluhur merupakan sentra produksi ikan air tawar terbesar di Jawa Barat. Ikannya kemudian dijual seperti Kota Bandung, Jakarta, Semarang, hingga ke luar Jawa.

BACA JUGA: Libur Panjang Sekolah, Jabar Waspadai Potensi Kenaikan Harga Pangan

Saat ini saja penjualan ikan sedang drop. Seperti ikan nila yang biasanya dijual Rp25-27 ribu turun menjadi Rp23 ribu/kilogram lalu jenis ikan mas dari Rp27-30 ribu menjadi Rp23 ribu/ kilogram.

“Produksi ikan terus turun karena buruknya kualitas air, sementara pakan terus naik,” keluhnya.

Diakuinya, tidak menutup kemungkinan air di Waduk Cirata sudah tercemar. Bukan hanya dari sisa pakan ikan, tapi juga diduga ada dampak dari air lindi TPA Sarimukti yang mengalir melalui Sungai Cimeta ke Sungai Citarum dan Waduk Cirata.

Berdasarkan kondisi ini, para peternak ikan di Waduk Cirata berharap pemerintah pusat, Pemprov Jabar dan Pemda KBB memberikan solusi untuk mengatasi pencemaran yang membuat ikan produksinya dianggap mengandung merkuri.

“Yang sekarang diperlukan adalah solusi jangan sampai kami jadi korban karena dianggap ikannya berbahaya. Kalau pembeli enggak ada siapa yang tanggung jawab,” imbuhnya.***