HALOJABAR.CO – Warga Kampung Cibeber Hilir, Desa Giri Asih, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), merasa resah karena wilayahnya akhir-akhir ini sering diterjang banjir.
Padahal sebelum-sebelumnya wilayah mereka aman dan tidak pernah kebanjiran meski hujan deras turun. Namun sekarang jangankan hujan deras, meski hujan kecil pun air kerap menggenangi wilayah mereka dengan ketinggian antara 20-50 sentimeter.
Wilayah yang terdampak khususnya di RW 02 dan RW 03, dimana selain rumah warga, areal pertanian seluas sekitar setengah hektare juga ikut terendam.
Kondisi itu terjadi sejak adanya pembangunan kompleks perumahan The Awani Residence 3 dan Makam Umum Daarut Tauhid (DT) Memorial Park di atas bukit.
Seperti kejadian banjir yang terjadi pada Jumat 11 April 2025 usai hujan deras mengguyur wilayah tersebut. Debit air yang tinggi membuat Sungai Cihaur meluap dan memicu terjadinya banjir ke permukiman warga.
“Banjir kemarin sudah yang kesekian kalinya. Sedikitnya sebanyak delapan rumah dan lahan persawahan di Kampung Cibeber Hilir RW 02 dan RW 03,” kata Ketua RW 02, Kampung Cibeber Hilir, Saca Supratman (55), Senin 14 April 2025.
Dia menyebutkan, selain menggenangi 8 rumah warga dan sawah, banjir juga meluap hingga ke jalan arteri. Kondisi itu terjadi akibat adanya penyumbatan aliran air tepat di depan SMK Mahardika Batujajar.
BACA JUGA: Banjir Bandang Rusak 4 Hektare Lahan Sawah Siap Panen di Rongga KBB
Sebelumnya saluran air di wilayahnya memiliki lebar sekitar 2 meter dengan kedalaman 1 meter lebih. Namun saat ini kian menyempit dan juga tersumbatnya di SMK Mahardika. Itu sudah terjadi sebelum dirinya menjabat, sehingga tidak tahu dulu proses perizinannya seperti apa.
Pihaknya menginginkan supaya banjir tidak terjadi lagi maka semua pihak termasuk pemerintah harus melakukan pembenahan dari hulu hingga ke hilir.
Termasuk, menyediakan bak sampah dan memastikan aliran air dari Sungai Cihaur bisa berjalan lancar tidak tersumbat di SMK Mahardika.
Bak sampah dibutuhkan agar warga tidak membuang sampah ke saluran air, karena pernah ada kursi dan kasur yang dibuang sehingga menyumbat. Lalu saluran air di dekat SMK Mahardika sebaiknya diperbesar dan dibuat lurus agar air langsung mengalir, dan pembenahan di hulu (perbukitan) dengan reboisasi.
“Selama ini warga kesulitan membuang sampah, sehingga sering buang sampah ke selokan yang jadi pemicu banjir,” kata dia.
Salah seorang warga, Asep Tarsa (58) menilai, sejak ada pembangunan pemakaman DT Memorial Park di atas bukit yang berjarak sekitar 3 kilometer dan perumahan The Awani Residence 3 yang tak jauh dari permukiman warga, banjir selalu terjadi.